[Seputar Ibadah Shalat]
✿ Beginilah
Cerdasnya Teguran Umar bin Khaththab kepada Rakyatnya yang Tidak Shalat Jamaah.
Selama beberapa hari terakhir, laki-laki ini tidak
ditemukan oleh sayyidina Umar bin Khaththab dalam barisan jamaah shalat Subuh.
Sang Khalifah pun berniat mengunjungi rumahnya, siapa tahu laki-laki itu sedang
menderita sakit atau berhalangan syar’i.
Pagi harinya, ketika menuju rumah si laki-laki, sayyidina
Umar bin Khaththab melihatnya sedang berada di pasar. Sibuk dengan urusan
perniagaannya. Pemimpin kaum Muslimin ini pun mengundang laki-laki tersebut,
dengan nada agak keras.
Mendengar panggilan sang Khalifah kedua kaum Muslimin ini,
laki-laki yang tak disebut namanya itu bergegas, mendatangi sayyidina Umar bin
Khaththab dengan ekspresi ketakutan, khas rakyat yang mendatangi panggilan
rajanya. Pikirannya juga sibuk menebak, kesalahan apa yang telah dia lakukan
hingga sosok berjuluk al-Faruq ini mengundangnya kala itu.
“Mengapa engkau bersegera mendatangiku saat aku menyebut
namamu, hai Fulan?” lanjut ayah Hafshah sebelum si laki-laki menjawab Umar bin Khaththab melanjutkan, “sementara
itu, ketika Allah Ta’ala memanggilmu untuk mendirikan shalat berjamaah, engkau
tidak datang! Padahal, aku hanyalah Umar yang tak bisa menolongmu di akhirat!”
Dialog ini bisa kita temukan di banyak riwayat tentang
salah satu menantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini. Sosok yang
sangat ditakuti oleh setan ini merupakan salah satu sahabat Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam yang jernih jiwa dan pikirannya. Banyak sekali pendapat
beliau yang bersesuaian dengan firman Allah Ta’ala dalam banyak kasus.
Dialog ini, sejatinya juga tamparan buat kita semua. Betapa
kita ini terlalu sombong dalam menjalani hidup sebagai hamba Allah Ta’ala.
Dengan mudahnya, kita menduakan Allah Ta’ala dengan selain-Nya, dengan atau
tanpa disadari, dalam soalan yang besar atau kecil, secara langsung ataupun
tidak.
Kita lebih bersegera saat mendapat panggilan pasangan
hidup, atasan di tempat kerja, orang tua, atau pemimpin di daerah tempat kita
menetap, baik tingkat kecamatan, kabupaten, kota, provinsi maupun negara.
Betapa kita sangat antusias dengan undangan Presiden,
misalnya, padahal Allah Ta’ala yang menciptakan Presiden senantiasa mengundang
lima kali dalam sehari agar kita mendatangi masjid-Nya untuk beribadah
kepada-Nya, lalu kita bersikap acuh dan sama sekali tidak menganggapnya sebagai
sesuatu yang istimewa?
Teguran cerdas ini, selain sebagai tamparan buat kita
secara individu, sejatinya amat efektif pula jika dipraktikkan kepada
anak-anak, adik-adik, pasangan hidup, atau orang-orang yang berada di bawah
perwalian/kekuasaan kita.
Semoga dengan teguran ini banyak orang yang tergerak,
kemudian bergegas mendatangi adzan sebab menyadarinya sebagai sebuah panggilan yang
sangat istimewa.
Wallahu a’lam.
※ Ya
Allah... semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin.
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin.
“Bila kau tak tahan
lelahnya belajar maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan.” … Imam
Syafi’i.